Minggu, 21 September 2008

Masjid Raya Sabilillah - Malang


























Pada setiap bulan Ramadhan, tak mungkin bisa kulupakan bahwa masjid Raya Sabilillah - Malang yang berada pada lokasi strategis pada lokasi masuk kota Malang, adalah salah satu peninggalan terbaik yang pernah di buat oleh ayahanda tercinta ( Alm. ) Asikin Soemarsono BAE, cukup seorang diploma bukan Sarjana namun karyanya masih tersebar di Jawa Timur sampai sekarang mulai Rumah Sakit hingga Kampus, sedangkan Masjid yang beliau bantu bangun tersebar mulai dari Banyuwangi - ujung Jawa Timur sampai Ambarawa....yang sudah masuk wilayah Jawa Tengah...biasanya kita sekeluarga kalau bisa berkumpul lebaran di Malang akan melakukan sholat Idul Fitri di Masjid ini.

Berikut adalah beberapa penggalan dari dokumentasi ta'mir masjid Raya Sabilillah Malang tersebut :


Sambutan Walikota Malang tahun 1980


Bismillahirrahmirrahim

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Sebuah masjid adalah rumah Allah Subhanahu wa taala. Dari sana memancar cahaya keimanan yang lebar, menyentuh kehidupan umat manusia. Dari sana dikumandangkan suara ketaqwaan yang tak habis-habisnya, masuk dan mengisi kedalam jiwa. Dari sana dipancarkan semangat jihad yang panjang, jihad adalah pusat kebudayaan, dari sana diteruskan ke seluruh penjuru bumi, kesepanjang jalan sejarah berbagai-bagai hasil akal-budi manusia sehingga kehidupan menjadi maslahat, menjadi berguna dalam keluhuran akhlak, dalam perdamaian, menjadi tetap dalam keinginan Allah dan menjadi jauh dari kemurkaanNya.

Masjid Raya Sabilillah yang didirikan di pintu gerbang kota Malang ini diharapkan akan berfungsi seperti disebut di atas, Ia akan menjadi makmur dalam siraman iman dari para jamaah yang datang bersujud ke haribaan Allah s.w.t. Akan menjadi pusat dari berbagai kegiatan manusia dalam perjuangan mereka mendekatkan diri kepada sang Pencipta Agung.

Menamakan sebagai Masjid Raya 'Sabilillah' bukan tidak mengandung maksud dan keinginan yang luhur. Masjid ini akan terus merupakan benteng para syuhada yang berperang melawan segala nafsu angkara murka, agar manusia Indonesia akan tampil sebagai manusia yang utuh menjaga hak dan sejarah mereka.

Pembangunan adalah suatu bagian dari usaha kita berperang melawan nafsu angkara murka yang terus menggoda diri kita. Semakin jauh kita dari keimanan, semakin jauh kita dari sujud dan dzikir kepada-Nya,semakin cedera usaha pembangunan manusia Indonesia secara utuh.

Berangkat dari pikiran-pikiran itu, saya - sebagai Walikotamadya - telah bersungguh-sungguh memperhatikan usaha pembangunan mesjid ini, sejak awal-mula dikerjakan. Banyak keinginan kita dengan mesjid ini yang belum rampung, tetapi saya telah melihat sendiri, betapa panitia pembangunan masjid ini telah bekerja keras, dengan penuh iklas untuk mendirikan sebuah rumah Allah SWT, Saya menyampaikan hormat dan salam saya kepada saudara-saudara tersebut, atas segala amal-bakti mereka, walaupun saya tahu bahwa Allah telah berjanji akan mendirikan rumah di Surga bagi mereka yang telah bekerja membangun rumah Allah di bumi.

Hari-hari selanjutnya akan kita isi dengan merawatnya, memakmurkannya, mendaya-gunakannya demi tercapainya hari esok manusia Indonesaia yang sempurna pribadinya. Masyarakat Malang tidak saja berbanggaa hati dengan berdirinya masjid ini, tetapi mereka sebagaimana telah terbukti berkali-kali, akan mengambil hikmah dari sebuah bangunan suci seperti ini untuk meningkatkan pengabdian mereka kepada Allah SWT dan kepada sesama manusia. Amin..

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Malang, 3 Juni 1980

Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Malang

ttd.

Sugiyono

===================


SELAYANG PANDANG PEMBANGUNAN MASJID


Ketika terjadi pertempuran 10 Nopember 1945 di Surabaya, setiap pejuang yang mencintai kemerdekaan Indonesia ikut mengangkat senjata dalam mengusir tentara sekutu. Dari kota Malang tidak sedikit para pejuang yang berani meninggalkan kotanya guna ikut bergabung bersama para pejuang lainnya. Pada minggu ke empat di bulan Nopember, pasukan-pasukan yang tergabung dalam barisan Hizbullah dan barisan Sabilillah mengalir ke medan pertempuran di Surabaya. Barisan Hizbullah dan Sabilillah itu bertempur di bawah komando Imam Sudja'i. Dan di antara mereka tidak sedikit yang gugur sebagai kusuma bangsa di daerah pertempuran, mulai dari Wonokromo, Waru, Buduran dan tempat-tempat lainnya.

Pada masa revolusi kemerdekaan peranan pemuda-pemuda Islam dan para ulamanya bagi perjuangan bangsa Indonesia tidaklah kecil artinya. Barisan Hizbullahh menghimpun kekuatan pemuda-pemuda Islam yang tersebar dimana-mana. Sedang barisan Sabilillah menghimpun para santri dan ulama untuk saling bahu membahu dalam satu kekuatan guna mengusir penjajah. KH Zainul Arifin, Panglima Hizbullah, dan KH Mansyur, Panglima Sabilillah, juga para pejuang ulama lainnya, telah ikut menyumbangkan darma-baktinya dalam mengisi sejarah perjuangan bangsa.

Sebagai kenangan bagi ulama Islam yang berjiwa patriotik, maka mesjid Raya ini dibangun untuk dijadikan kenangan atas pengorbanan mereka. Selain dimaksudkan sebagai rumah ibadah, Masjid Raya ini dimaksudkan sebagai monumen perjuangan, dimana para ulama yang tergabung dalam barisan Sabilillah pernah berjasa dalam sejarah perjuangan bangsa. Untuk menghormati dan mengabadikan ketaqwaan kepahlawanan para ulama serta untuk meneladani semangat perjuangan dalam membela agama, bangsa dan tanah-air, maka Masjid Raya ini diberi nama Sabilillah.

Tahap Pembangunan Masjid.

Sejak awal tahun 1968 sudah ada keinginan untuk membuat masjid yang lebih besar. Sebab masjid lama yang sudah berdiri sejak lama tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan jama'ah yang kian bertambah dari hari ke hari. Pada bulan Juli 1968 terbentuklah Panitia Pembangunan Masjid Belimbing di Kotamadya Malang atas petunjuk KH. Nakhrawi Thohir, yang kini telah meninggal dunia.

Usaha pengumpulan dana mulai dijalankan. Peletakan batu pertama dilakukan lebih dari sekali. Dan pada pertengahan tahun 1974 ikhtiar pembangunan masjid ini belum juga memperoleh kemajuan. Malahan dalam waktu yang cukup lama pembangunan masjid ini mengalami kemacetan. Kemudian pada 4 Agustus 1974 atas prakarsa KH Masykur diselenggarakan pertemuan dirumah beliau di Singosari, Malang. Beberapa orang diundang untuk melanjutkan pembangunan masjid yang mengalami hambatan. Pada pertemuan itu akhirnya diputuskan untuk merombak kepengurusan panitia, mengubah cara kerja dan berusaha membangun masjid ini lebih baik lagi. Rencana permulaan ditingkatkan lebih jauh, dan masjid ini diusahakan menjadi masjid yang monumental, memiliki mutu arsitektur yang baik sesuai dengan kemajuan perkembangan pembangunan materiil dan spiritual.

Dan pada 8 Agustus 1974 pembangunan masjid ini mulai digiatkan kembali. Terkadang mengalami kelambanan tetapi usaha membangun masjid ini kian ditingkatkan saja. Pada prinsipnya pelaksanaan pembangunan masjid itu dikerjakan oleh panitia, mulai dari memenuhi kebutuhan bahan-bahan bangunan dan rencana konstruksi bangunan masjid. Pelaksanaan pada bagian-bagian tertentu pada bangunan masjid diserahkan pada pihak kontraktor dengan melalui sistem tender ataupun mendapat bantuan dari pihak pemerintah Daerah tingkat II Kotamadya Malang ataupun dari perusahaan-perusahaan lainnya. Tidak kurang dari 6 tahun untuk menyelesaikan masjid ini.

Dana

Tentu saja tidak bertentangan dengan syari'at Islam maupun yang tidak bertentangan dengan peraturan pemerintah, yang dilakukan panitia dalam mengumpulkan dana dan bantuan. Panitia mengirimkan surat-surat resmi kepada berbagai instansi pemerintah maupun perusahaan-perusahaan swasta, juga kepada pemerintah Saudi Arabia serta para penyumbang lainnya yang jumlahnya tidak terhingga. Semua sumbangan yang masuk itu oleh panitia tercatat dengan bukti pembayaran.

Untuk mengamankan dana yang diterima, panitia juga membuka rekening giro di bank Bumi Daya Cabang Malang, di Bank itu dijadikan wadah untuk penyimpanan dana pembangunan masjid. Pengambilan uang di bank dilakukan sesuai dengan jadwal kerja yang terperinci. Dan bantuan dari pihak pemerintah disalurkan melalui pemerintah Daerah tingkat II Kotamadya Malang, Panitia menerima bantuan itu setahap demi setahap sesuai dengan apa yang dikerjakan. Dengan demikian pemerintah daerah secara tidak langsung juga ikut mengawasi jalannya pembangunan masjid itu.

Data Fisik Bangunan Masjid.

Di atas tanah seluas 8.100 m2 kompleks Masjid Raya Sabilillah ini didirikan. Kompleks masjid ini terdiri dari atas tiga bangunan : Bangunan Induk Masjid, Bangunan Menara dan Bangunan Pelengkap. Bangunan yang terakhir ini terdiri dari ruang kantor, aula, tempat wudhu, dan ruangan untuk sekolah Taman Kanak-kanak.

Bangunan induk masjid yang terdiri dua lantai ini berukuran 1.800 m2. Bangunan lantai pertama seluas 1.600 m2 dan bangunan lantai dua seluas 650 m2. Di atas bangunan ini terdapat kubah ( atap melengkung yang merupakan setengah bulatan ) bergaris tengah 20 m2, semua bangunan induk masjid ini berkonstruksi beton.

Disebelah kanan bangunan induk masjid terdapat menara setinggi 45 meter. Angka ini mengingatkan tahun perjuangan kemerdekaan negara Republik Indonesia. Bangunan menara ini bergaris tengah 3 m, sedang bangunan pelengkap yang luasnya 800 m2 juga terdiri dari 2 lantai. Pada lantai pertama terdapat kantor ta 'mir, tempat wudhu dan ruang sekolah Taman Kanak-kanak. Sedang pada lantai kedua terdapat aula dan perpustakaan. Masjid Raya Sabilillah ini juga diterangi penerangan listrik yang berkekuatan 8600 watt / 110 volt.



Masjid yang dibangun dan didirikan termasuk diantaranya oleh mantan menteri Agama Republik Indonesia - KH. Mansyur dan terus dilanjutkan oleh puteranya Prof. Dr. KH. Mochamad Tolchah Hasan - yang juga pernah menjadi Menteri Agama RI Era Pemerintahan Presiden Gus Dur dari tahun 1999 hingga 2001 yang lalu.

2 komentar:

  1. Mas.. aku kagum atas karya karya yang sudah dihasilkan pakde Asikin..

    BalasHapus
  2. ass salam persahabatan antar anak2x perintis Masjid Sabilillah..saya Rizky Noorhamidinah putri alm H. Abdul Hamid Iskandar salah satu pendiri sekaligus eks Ketua Yayasan Sabilillah Malang...patut kita harus teruskan perjuangkan jejak orang tua kita mas,...di manapun tetaplah Sabilillah mendapat tempat terbaik di hati kita...Fii Sabilillah wass Rizky Noorhamidinah

    BalasHapus